PENINGGALAN SEJARAH
HINDU-BUDDHA DAN ISLAM
IPS Kelas V Semester
1
Standar Kompetensi :
1. Menghargai
berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa
Hindu-Buddha dan Islam
Kompetensi Dasar :
1.1 Mengenal
makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa
Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia
1.2 Menceritakan
tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia
A. Kerajaan
dan Peninggalan Sejarah Hindu
Tidak diketahui secara pasti kapan
agama Hindu masuk ke Indonesia. Agama Hindu dibawa oleh para pedagang dari
India. Di antar pedagang tersebut ada yang menetap di Indonesia. Mereka menikah
dengan penduduk Indonesia. Pengaruh agama dan kebudayaan India semakin kuat di
Indonesia. Bukti-buktinya sebagai berikut :
·
Banyak penduduk yang memeluk agama
Hindu setelah para pendatang dari India memperkenalkan agama Hindu.
·
Masyarakat Indonesia dahulu tidak
mengenal sistem kerajaan. Karena pengaruh agama Hindu, mengenal sistem
kerajaan.
·
Adanya kebudayaan khas India seperti
candi, patung, dan budaya baca tulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
1.
Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia
a.
Kutai
Kerajaan kutai pertama
kali didirikan oleh seorang raja yang bernama Kudungga. Beliau
mempunyai anak yang bernama Asmawarman dan Mulawarman. Raja yang terkenal dari
kerajaan kutai adalah raja Mulawarman. Raja Mulawarman pernah memberikan 20.000
ekor sapi kepada para Brahmana. Beliau menyembah dewa Siwa.
b.
Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
mempunyai seorang raja yang bijaksana yaitu raja Purnawarman. Pada masa
pemerintahan raja Purnawarman, kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan
prasasti. Berikut prasasti tersebut :
1.
Prasasti Kebon Kopi
2.
Prasasti Tugu
3.
Prasasti Jambu
4.
Prasasti Munjul
5.
Prasasti Ciaruteun
c.
Mataram Hindu
Kerajaan Mataram Hindu
di perintah oleh seorang raja yang bijaksana yaitu raja Sanjaya. Raja kerajaan
mataram hindu yang terkenal adalah Sanjaya. Kerajaan mataram Hindu meninggalkan
sebuah prasasti yang di temukan di daerah Canggal.
d.
Kediri
Pendiri kerajaan Kediri
adalah raja Bameswara (1117 – 1130). Setelah wafat beliau digantikan oleh Jayabaya.
Jayabaya adalah raja Kediri yang terbesar. Jayabaya di kenal dengan ramalannya
yang di sebut jangka Jayabaya.
Raja Kediri yang
terakhir adalah Kertajaya. Setelah Kertajaya menjadi raja, kerajaan Kediri di
serang oleh Ken Arok dari kerajaan Singosari. Serangan itulah yang membuat akhir
riwayat kerajaan Kediri.
e.
Singasari
Kerajaan singosari
didirikan oleh Ken Arok tahun 1222 M. Sebelum menjadi raja, Ken Arok pernah
mengabdikan diri ke Tumapel. Saat itu kerajaan Singosari dipimpin oleh Tunggul Amethung.
Setelah menjadi raja Ken
Arok bergelar: Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Setelah wafat beliau
digantikan oleh Anusapati. Raja setelah Anusapati ialah Panji Tohjaya. Setelah Panji
Tohjaya, rajanya ialah Kertanegara. Pada masa pemerintahan Kertanegara,
kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Singosari diserang oleh raja Jayakatwang dari kerajaan Kediri. Peninggalan
Kerajaan singosari:
1.
Candi Kidal : sebagai tempat pemakaman Anusapati
2.
Candi Jago : sebagai tempat pemakaman Ranggawuni
3.
Candi Kagenengan : sebagai tempat pemakaman Ken Arok
4.
Candi Singasari : sebagai tempat
pemakaman Kertanegara
5.
Patung Prajna Paramita : sebagai
tempat pemujaan terhadap Ken Dedes
2.
Peninggalan Sejarah Hindu di Indonesia
a.
Candi
Candi adalah bangunan yang biasanya
terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Pada candi Hindu
biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu. Tiga dewa
itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa
pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu
gambar timbul yang biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan
sebuah cerita.
Candi peninggalan Hindu
yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang. Candi Prambanan
dibangun pada abad ke-9. Di dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief
yang mengisahkan cerita Ramayana. Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama,
Shinta, dan Burung Jatayu.
Candi-candi peninggalan
agama Hindu :
No
|
Nama Candi
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
(Abad Ke)
|
Peninggalan
|
1
|
Prambanan
|
Yogyakarta
|
7 M
|
Mataram Lama
|
2
|
Dieng
|
Dieng, Jateng
|
7 M
|
Mataram Lama
|
3
|
Badut
|
Malang, Jatim
|
Tahun 760 M
|
Kanjuruhan
|
4
|
Canggal
|
Jawa Tengah
|
8 M
|
Mataram Lama
|
5
|
Gedong Sanga
|
Jawa Tengah
|
8 M
|
Mataram Lama
|
6
|
Panataran
|
Blitar, Jatim
|
11 M
|
Kediri
|
7
|
Sawentar
|
Blitar, Jatim
|
12 M
|
Singasari
|
8
|
Kidal
|
Jawa Timur
|
12 M
|
Singasari
|
9
|
Singasari
|
Jawa Timur
|
12 M
|
Singasari
|
10
|
Sukuh
|
Karanganyar, Jateng
|
13 M
|
Majapahit
|
b.
Prasasti
Prasasti
adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan
itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti
peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400 M. Prasasti
Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu yang digunakan pada
saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini. Prasasti Yupa
terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair yang
mengisahkan Raja Mulawarman. Berikut ini daftar prasasti-prasasti peninggalan
kebudayaan Hindu.
No
|
Nama Prasasti
|
Lokasi Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Kutai
|
Kutai, Kaltim
|
Abad ke-4 M
|
Kutai
|
2
|
Ciaruteun
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Tugu
|
Cilincing, Jakut
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
4
|
Jambu
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
5
|
Kebon Kopi
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
6
|
Cidanghiang
|
Pandeglang
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
7
|
Pasir Awi
|
Leuwiliang, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
8
|
Muara Cianten
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
9
|
Canggal
|
Magelang, Jateng
|
Abad ke-7 M
|
Mataram Lama
|
10
|
Kalasan
|
Yogyakarta
|
Tahun 732 M
|
Mataram Lama
|
11
|
Dinoyo
|
Malang, Jatim
|
Tahun 760 M
|
Mataram Lama
|
12
|
Kedu
|
Temanggung, Jateng
|
Tahun 778 M
|
Mataram Lama
|
13
|
Sanur
|
Bali
|
Abad ke-9 M
|
Bali
|
c.
Patung
Wujud
patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena
hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk
mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi. Contoh patung
peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah Patung Airlangga sedang
menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu.
Patung-patung
peninggalan kerajaan Hindu :
No
|
Nama Patung
|
Lokas Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Trimurti
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Dwarapala
|
Bogor, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
3
|
Wisnu Cibuaya I
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
4
|
Wisnu Cibuaya II
|
Cibuaya, Jabar
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
5
|
Rajasari
|
Jakarta
|
Abad ke-5 M
|
Tarumanegara
|
6
|
Airlangga
|
Medangkamulan
|
Abad ke-10 M
|
Medangkamulan
|
7
|
Ken Dedes
|
Kediri, Jatim
|
Abad ke-12 M
|
Kediri
|
8
|
Kertanegara
|
Jawa Timur
|
Abad ke-12 M
|
Singasari
|
9
|
Kertarajasa
|
Mojokerto, Jatim
|
Abad ke-13 M
|
Majapahit
|
d.
Karya sastra (Kitab)
Karya
sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab
peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan
sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun
lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan Kitab
Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab
Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan
Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman
hidup dan keberhasilan Raja Airlangga. Berikut ini daftar kitab-kitab
peninggalan sejarah Hindu di Indonesia.
e.
Tradisi
Tradisi
adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini.
Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali
sebagian besar beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara
lain:
1.
Upacara Nelubulanin : ketika bayi
berumur 3 bulan
2.
Upacara Potong Gigi : mapandes
3.
Upacara pembakaran mayat (Ngaben)
4.
Ziarah : mengunjungi makam orang suci
dan tempat suci leluhur seperti candi.
3.
Kerajaan Majapahit dan Gajah Mada
Kerajaan majapahit didirikan oleh Raden
Wijaya. Raden Wijaya mempunyai tiga orang anak yaitu: Bhre Dara, Bhre
Kahuripan, Jayanegara.
Setelah raden wijaya wafat, ia
digantikan oleh puteranya yang bernama Jayanegara. Pada masa Jayanegara inilah
banyak pemberontakkan terjadi. Pemberontakkan tersebut adalah:
1.
Pemberontakan Ronggolawe (1903)
2.
Pemberontakan Sora (1906)
3.
Pemberontakan Nambi (1909)
4.
Pemberontakan Kunti (1911)
Setelah Jayanegara wafat tanpa
meninggalkan seorang putera beliau digantikan oleh Bhre Kahuripan anak dari Raden
Wijaya yang telah menjadi bhiksuni. Setelah menjadi raja, Bhre Kahuripan
bergelar Tribuana Tunggal Dewi Jayawishnu Wardhani.
Akhirnya Tribuana Tunggal Dewi
Jayawishnu Wardhani turun tahta yang akhirnya di gantikan oleh puteranya yang
bernama Hayam Wuruk. Pada saat itu raja Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun.
Setelah menjadi raja, Hayam Wuruk bergelar Rajasanegara. Kerajaan Majapahit mempunyai
mahapatih yang bernama Gajah Mada. Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakkan
kunti. Atas keahliannya itu Gajah Mada diangkat sebagai perdana menteri
Majapahit.
Gajah Mada menyebutkan Sumpah
Palapa. Isi Sumpah Palapa adalah cita-cita Gajah mada untuk mempersatukan Nusantara
di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada membangun armada laut yang kuat.
Armada laut majapahit dipimpin oleh Mpu Nala.
Setelah gajah mada wafat
kerajaan majapahit bingung untuk mencari penggantinya. Sedikit demi sedikit
kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Keadaan kerajaan Majapahit semakin tidak
menentu setelah raja Hayam Wuruk wafat.
B. Kerajaan
dan Peninggalan Sejarah Buddha
1.
Peninggalan sejarah Buddha di
Indonesia
a.
Candi
1.
Candi Borobudur
Didirikan
pada tahun 824 Masehi (746 Saka) oleh Raja Mataram bernama Samaratungga, dari
keturunan Syailendra. Candi ini didirikan untuk menghormati pendiri Dinasti
Syailendra. Raja-raja Syailendra menganut agama Budha Mahayana. Bangunan candi
terdiri dari 10 tingkat yang dibangun menjadi 3 bagian. Seluruh bangunan candi
memuat relief, antara lain :
·
Karmawibangga, yaitu relief yang
menggambarkan berlakunya hukum sebab akibat (karma) bagi yang melakukannya.
·
Lalitavistara, yaitu (kisah sandiwara).
Kehidupan Budha yang bergelimang harta hanyalah sandiwara belaka.
·
Awadana dan Jataka, relief ini
menggambarkan tentang kehidupan Budha di masa lalu (Awadana) dan kisah tentang
perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
Sejak
ditemukan kembali tahun 1814, mulai dilakukan usaha-usaha perbaikan diantaranya
:
§ 1907
– 1911, dipimpin Tb. Van Erp (orang Belanda).
§ Tahun
1956, UNESCO mengirim utusan Dr. Coremans dari Belgia untuk penelitian akibat
kerusakan candi.
§ Tahun
1971, Menteri Pendirikan dan Kebudayaan RI membentuk badan pemugaran candi.
§ Tahun
1973 – 1983, pemugaran ke-2 dan mendapat bantuan dari UNESCO.
2.
Candi Mendut
Didirikan
oleh Raja Indra tahun 824 terletak di sebelah timur Candi Borobudur. Ada 3
patung Budha yaitu, Cakramurti (duduk bersila), Awalokiteswara dan Maitrya.
3.
Candi Kalasan
Didirikan
tahun 778 M oleh keluarga Syailendra sebagai bangunan suci Dewi Tara yang
diduga isteri dari Budha. Didalamnya terdapat arca Dewi Tara terbuat dari
perunggu.
4. Candi-candi di Jawa Timur, antara lain : Candi Kidal (Malang) pada masa
Raja Anusapati, Candi Jago (Malang) pada masa Wisnuwardana, Candi Jawi (dekat
Prigen) masa Kertanegara sebagai Candi Siwa Budha, Candi Panataran (dekat
Blitar).
5. Candi-candi Budha di Sumatera ; Komplek Candi Padang Lawas (Tapanuli),
Candi Muara Takus (Jambi).
6. Candi-candi Budha di Jawa Barat ; Candi Jiwo (Batu Jaya, Karawang),
Candi Bindongan (Karawang), Komplek Candi Cibuaya (Cibuaya, Karawang).
7. Candi-candi Budha di Jawa Tengah ; Candi Mendut (Magelang), Candi Pawon
(Magelang), Candi Borobudur (Magelang).
8.
Candi Budha di Yogyakarta ; Candi Sari,
Candi Sewu, Candi Kalasan.
b.
Patung Buddha
Wujudnya
Sang Budha tampil dalam berbagai posisi, tiap posisi mengandung arti / makna
dan menghadap ke arah tertentu.
c.
Prasasti
1.
Kedukan Bukit (683), Pulau Talang Tuo (684), Pulau Telaga Batu.
(ditemukan dekat Palembang).
2.
Pulau Kotakapur (dekat Bangka). Pulau Karang Berahi (dekat Jambi).
2.
Kerajaan Sriwijaya pusat agama Buddha
Berdiri
abad ke-7 M di Sumatera. Pusat kerajaan berada di Palembang, Sumatera
Selatan (di muara S. Musi) mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Balaputeradewa. Berita tentang Sriwijaya dapat diketahui dari 5 buah prasasti :
a.
Prasarti Kedudukan dan Bukit dekat
Palembang, Sumatera Selatan.
b.
Prasasti Talang Tuo dekat Palembang.
c.
Prasasti Telaga Batu dekat Palembang.
d.
Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka
e.
Prasasti Karang Berahi di daerah Jambi.
Wilayah Kerajaan Sriwijaya, yaitu hampir
seluruh pulau Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Semenanjung Melayu, Selat
Malaka, Selat Karimata, Selat Sunda. Sehingga Sriwijaya disebut kerajaan
nasional pertama. Sriwijaya memiliki angkatan laut yang kuat dapat menguasai
selat Malaka, Karimata, dan Sunda sebagai jalur perdagangan India dan Cina
sehingga Sriwijaya disebut Kerajaan Maritim. I-Tsing adalah pendeta Budha
berasal dari Cina memperdalam agama Budha dan menterjemahkan kitab Suci Budha
yang berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa Cina dan banyak menulis tentang
Sriwijaya. Dua orang mahaguru agama Budha dari India adalah Sakyakirti dan
Dharmapala.
Keruntuhan Sriwijaya
Pada
abad ke-11 (tahun 1025) kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Apalagi
setelah diserang oleh Raja Colamandala dari India Selatan. Raja Sanggarama
Wijaya tunggawarman ditawan oleh musuh. Pada tahun 1377, kerajaan Majapahit
menyerbu kerajaan Sriwijaya.
Kejayaan
Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan besar karena faktor berikut :
1. Sriwijaya
merupakan persimpangan dan pusat lalu lintas antara India dan Cina
2. Sriwijaya
sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara
3. Sriwijaya
sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha
Sriwijaya berhasil mendirikan bangunan
suci. Bangunan suci antara lain : Candi Muara Takus yaitu candi yang berbentuk
stupa dari biara Bahal.
C. Kerajaan
dan Peninggalan Sejarah Islam
1.
Peninggalan sejarah Islam di Indonesia
a.
Masjid
Masjid merupakan seni arsitektur Islam
yang paling menonjol. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Berbeda
dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah
biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah
atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas
berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang menyangga atap
tumpang.
Pada bagian barat
masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid
biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah
keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin
mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan,
dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.
Contoh masjid
peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus. Masjid
Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin
langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara
masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus.
Masjid Agung Demak.
Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Salah satu keunikan
Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari susunan tatal.
Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang dari tatal ini kemudian
diganti ketika Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal
ini masih tersimpan di bangsal belakang masjid. Berikut ini daftar
masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam.
b.
Kaligrafi
Kaligrafi
adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari
ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid,
batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang
ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di
Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan
Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.
c.
Istana
Istana
adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi
sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan
Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung.
Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha
masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa
saja. Contohnya : Istana Kesultanan Ternate dan Tidore.
d.
Kitab
Kesusastraan Islam
berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam
adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa
daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang
diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah
masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam.
Beberapa suluk terkenal
adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair
Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua
belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan
bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat
dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul
Muluk.
Hikayat adalah cerita
atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat
dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang
terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai
kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi
riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit
dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.
e.
Pesantren
Sejak masuknya Islam ke
Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan Islam. Pesantren
pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para kiai. Pesantren
pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa pemerintahan Prabu
Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang pesat dan melahirkan
kelompok-kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa Arab, kitab Kuning,
fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi tasawuf.
Beberapa pesantren
besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di Jombang,
Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Asembagus di
Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.
f.
Tradisi
Beberapa
tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam,
sedekah, sekaten.
1.
Ziarah,
yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi
lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan
cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran
atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan
memperoleh firasat dalam mimpi.
2.
Sedekah,
acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk peristiwa
gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta
perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.
3.
Sekaten,
yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal
di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.
2.
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
a.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik
Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera
Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai
timur Aceh).
Sebagai sebuah
kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang
pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
1.
Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam
dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.
2.
Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak
1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan
Kerajaan Samudra Pasai.
3.
Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad
ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke
negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat
penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut
yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar
Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai
memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang
muncul kemudian.
Catatan lain mengenai
kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari
Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan
dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke
sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka.
Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama,
Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai
ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra
Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke
berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang
kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.
b.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra
ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar
Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan
Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para pedagang kemudian lebih
sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan
Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh
terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut
golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah
kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai
Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan,
dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata
pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.
Setelah Sultan Iskandar
Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami
kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian
digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah
mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku
dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah.
Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial,
letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat
Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi
baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama islam. Pada sekitar
abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah
Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari
Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga
sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan
ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai
daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
c.
Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Demak adalah kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah
sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan
Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini
memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat
perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi
pusat penyebaran agama islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.
Sebagai kerajaan, Demak
diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah
(1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya
adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak
berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang,
Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di
Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada
lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan
kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai
Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan
hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Raden Patah kemudian
digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama,
tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani.
Ia berusaha membendung
pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus
kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah
pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa
Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada
tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada
tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Sepeninggal Sultan
Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara
Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja
dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian
dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
Namun, Arya Penangsang
pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi
Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan
Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
Kerajaannya kemudian
dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.
Sultan Hadiwijaya
kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran
melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah
berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di
daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya
masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di
Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik,
Surabaya, dan Panarukan.
Ketika Sultan
Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa
pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan
pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran
Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan
Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya
kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.
Di bidang keagamaan,
Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam.
Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.
Dalam bidang
perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting.
Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah
penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar
dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang
degan pesat.
d.
Kerajaan Mataram
Sutawijaya yang mendapat limpahan
Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke
daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian
menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga
Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Panembahan
Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh
pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah
tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan
para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati
Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat
ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan
Sunan Giri.
Setelah Senopati wafat,
putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia
berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran
di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.
Mas Jolang kemudian
digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan
Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama
Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat
pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan
Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap
Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk
kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten.
Namun, niatnya itu
terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai
Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung
dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan tersebut
tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.
Sultan Agung membagi
sitem pemerintah Kerajaan Mataram seperti berikut.
§ Kutanegara, daerah pusat keraton.
Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu
Wedana Lebet (Wedana Dalam).
§ Negara Agung, daerah sekitar
Kutanegara. Pelaksanaan pemerintah dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang
dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
§ Mancanegara, daerah di luar Negara
Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
§ Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan
pemerintah dipegang oleh para Bupati atau syahbandar.
Sultan Agung wafat pada
tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin
hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya
dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda.
Amangkurat I kemudian
digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah
Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda.
Setelah Amangkurat II, raja-raja
yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda
yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat
Perjanjian Giyanti:
Ngayogyakarta
Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan
raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang
berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian,
berakhirlah Kerajaan Mataram.
Kehidupan sosial
ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam
segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul
kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan
Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. karya kesusastraan yang terkenal
adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung
mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan
tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
e.
Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau
Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh
pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari
Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi
kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah
memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin.
Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin
yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja
Banten.
Setelah Kerajaan Demak
mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah
Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada masa
pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang
menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia,
Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten
berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten
juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya
melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras,
komoditi yang laku di pasaran dunia.
Sultan Hasanudin
kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).
Pada masa
pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.
Pangeran Yusuf kemudian
digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini
baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam
menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam
tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu,
Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad
kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara.
Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali
Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).
Sultan Ageng Tirtayasa
menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk
membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan
Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji
berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu
berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena
Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng
Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten
mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah
kekuasaan Belanda.
f.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan
antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota
Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah
membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah
Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah
diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk
menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja
yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679,
Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide
at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di
Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan
Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan,
Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar